Pengertian Struktur Organisasi
Organisasi bukanlah suatu yang kongkrit, karena organisasi tidak berwujud. Agar organisasi lebih kongkrit, maka organisasi perlu diberi nama sesuai dengan jenis kegiatan dan tujuan yang akan dicapai. Akan tetapi, meski organisasi sudah diberi nama, kebanyakan orang melihat organisasi dari segi bangunan atau gedung sebagai tempat orang-orang melakukan kegiatan organisasi.
Agar orang-orang melihat organisasi tidak hanya dari segi nama dan gedungnya, maka organisasi formal harus mempunyai struktur. Dengan demikian, agar organisasi lebih kongkrit, organisasi harus mempunyai nama dan struktur organisasi.
Struktur adalah cara bagaimana sesuatu itu disusun. Sesuatu yang ada dalam organisasi adalah adalah pekerjaan-pekerjaan, dan pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi itu harus saling berhubungan. Oleh karena itu, struktur bertalian dengan hubungan-hubungan pekerjaan yang terdapat dalam organisasi yang relatif pasti.
Wursanto (2005:107) menyebutkan bahwa hubugan yang relatif pasti itu timbul sebagai hasil dari proses pemecahan atas 4 (empat) masalah yang dilakukan oleh manajer, yaitu : (1) masalah pembagian pekerjaan; (2) departemenisasi; (3) rentang kendali; dan (4) pendelegasian kekuasaan.
Atas dasar tersebut di atas, Gibson, Invancevich, dan Donnely memberikan petunjuk bahwa struktur organisasi adalah hasil dari proses yang ditempuh oleh para manajer untuk memecahkan empat bagian persoalan tersebut (dalam Wursanto, 2005:107). Pengertian tersebut memperlihatkan adanya satuan-satuan organisasi, hubungan-hubungan dan saluran wewenang yang ada di dalam organisasi.
Variabel Strukttur Organisasi
Robbins (1994:4) menetapkan 3 (tiga) variabel struktur organisasi, yakni : Kompleksitas, Formalisasi, dan Sentralisasi. Namun Johnson (dalam Liliweri, 1997:110) menambah satu variabel yaitu ukuran organisasi.
1. Kompleksitas
Kompleksitas merupakan gambaran tentang tingkat diferensiasi pada sebuah organisasi.
Kompleksitas memiliki 3 (tiga) dimensi, yaitu :
(a) Diferensiasi Vertikal
Menggambarkan kedalaman hirarki organisasi);
(b) Diferensiasi Horizontal
Menggambarkan tingkat pemisahan horizontal diantara unit-unit; dan
(c) Diferensiasi Spasial
Menggambarkan sejauhmana unit atau anggota organisasi tersebar secara geografis.
Peningkatan pada salah satu dari ketiga dimensi tersebut, dijamin akan meningkatkan kompleksitas sebuah organisasi.
2. Formalisasi
Formalisasi menggambarkan tingkat sejauhmana sebuah organisasi mendasari aktivitasnya pada norma (apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan) dan prosedur untuk mengatur perilaku pengurus dan anggotanya.
Formalisasi juga menggambarkan bagaimana pekerjaan di dalam organisasi itu distandarisasikan. Apabila pekerjaan diformalisasikan, maka pemegang pekerjaan itu hanya memiliki sedikit kebebasan dalam mengerjakan tugasnya, kapan mengerjakan tugasnya, dan bagaimana cara melakukan tugasnya.
Formalisasi merupakan peraturan tertulis maupun tidak tertulis. Formalisasi dapat ditemukan dalam bentuk dokumen resmi organisasi dan sikap para anggotanya.
3. Sentralisasi
Sentralisasi menggambarkan posisi pusat pengambilan keputusan. Terdapat beberapa organisasi yang pengambilan keputusannya disentralisasi. Menetapkan desain organisasi didalam bentuk keputusan merupakan salah satu faktor utama dalam di dalam menentukan bentuk struktur yang akan digunakan.
Istilah sentralisasi merujuk pada tingkat dimana pengambilan keputusan disentralisasikan pada suatu pimpinan di dalam organisasi. Konsentrasi yang tinggi menyatakan adanya sentralisasi yang tinggi, sedangkan konsentrasi yang rendah menunjukkan sentralisasi yang rendah atau yang disebut dengan desentralisasi.
Terdapat 2 (dua) ciri sentralisasi menurut Robbins (1994), yaitu :
(a) Sentralisasi hanya pada struktur formal
(b) Sentraliasi memperlihatkan kebebasan dalam pengambilan keputusan.
Bila keputusan didelegasikan kebawah tetapi terdapat kebijaksanaan yang ekstensif untuk menghambat kebebasan dari para anggota tingkat rendah, maka terdapat sentralisasi yang meningkat. Kebijakan demikian dimungkinkan bertindak untuk mengesampingkan desentralisasi.
(c) Konsentrasi pada pimpinan dapat merujuk pada seseorang, unit, atau tingkat, tetapi mengimplikasikan konsentrasi pada tingkat tinggi.
4. Ukuran Organisasi
Ukuran organisasi menentukan besarnya jumlah anggota yan berhubungan dengan pemilihan cara pengendalian kegiatan dalam usaha mencapai tujuan.
Ukuran organisasi adalah suatu variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi.
Ukuran organisasi selalu digunakan sebagai variabel bebas yang diukur melalui beberapa cara. Salah satu cara untuk mengukur ukuran organisasi, misalnya melalui penghitungan jumlah pegawai dalam organisasi (banyak atau sedikit) serta melalui ukuran layanan yang menurut Zethaini (1990) dapat diukur dengan indikator, yaitu : (a) Tangible; (b) Reliability; (c) Responsiveness; (d) Assurance; (e) Empathy.
Sumber Rujukan
o Liliweri, Alo. 1997. Sosiologi Organisasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
o Torang, Syamsir. 2013. Organisasi & Manajemen(Perilaku, Struktur, Budaya, dan Perubahan Organisasi). Bandung : Alfabeta
o Wursanto, Ig. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi.Yogyakarta : Penerbit Andi.
0 komentar:
Posting Komentar