Berbagi Informasi tentang Materi-materi dan soal-soal yang ada di Lingkungan Sekolah ataupun Perkuliahan

Selasa, 19 Desember 2017

Sistem Religi

ASAL MULA RELIGI DAN INTI RELIGI
Perilaku manusia yang bersifat religi itu terjadi karena :
1.      Manusia mulai sadar akan adanya konsep ruh;
-          Tylor (1873) dengan Teori Ruh-nya, menyebutkan asal-mula dari religi adalah kesadaran manusia akan konsep ruh, yang disebabkan oleh dua hal :
a)      Perbedaan yang tampak antara benda-benda yang hidup dan benda-benda yang mati. Lama-kelamaan manusia mulai menyadari bahwa gerak dalam alam (yaitu hidup) disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada disamping tubug jasmaninya, yakni jiwa (yang kemudian lebih khusus disebut ruh);
b)      Pengalaman bermimpi. Dalam mimpinya manusia melihat dirinya berada di tempat-tempat lain selain tempat ia tertidur. Maka ia mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang berada di tempat tidur dan bagian lain dari dirinya, yaitu jiwanya (ruhnya) yang pergi ke tempat lain.
2.      Manusia mengakui adanya berbagai gejala yang tidak dapat dijelaskan dengan akal;
-          Frazer dengan Teori Batas Akal-nya, menyebutkan bahwa : Manusia memecahkan masalah-masalah hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya, tetapi akal dan sistem pengetahuan manusia terbatas. Semakin maju kebudayaannya, semakin luas batas akal itu. Batas akal manusia masih sempit, soal-soal hidup yang tidak dapat manusia pecahkan dengan akal dipecahkan dengan ilmu gaib.
-          Ketika manusia menyadari bahwa ilmu gaib tidak lagi bermanfaat bagi mereka, mulailah timbul kepercayaan bahwa alam dihuni oleh makhluk-makhluk halus yang lebih berkuasa, dengan siapa manusia kemudian mulai mencari hubungan, sehingga timbullah religi.
-          Ilmu gaib adalah segala sistem perbuatan dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menguasai dan menggunakan kekuatan-kekuatan dan hukum-hukum gaib yang ada di alam semesta. Religi adalah segala sistem perbuatan untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan diri pada kehendak dan kekuasaan makhluk-makhluk halus (ruh, dewa, dsb) yang menghuni alam semesta ini.


3.      Keinginan manusia untuk menghadapi berbagai krisis yang senantiasa dialami manusia dalam daur hidupnya;
-          M. Crawley (1905) dalam bukunya Tree of Life dan A. van Gennep (1909) dalam bukunya Rites de Passagemengungkapkan Teori Masa Krisis Dalam Hidup Individu sebagai berikut : Selama hidupnya manusia mengalami berbagai krisis yang sangat ditakuti oleh manusia, dan itu menjadi objek perhatiaannya. Terutama terhadap bencana sakit dan maut, segala kepandaian, kekuasaan, dan harta benda yang dimiliki manusia tidak berdaya.
-          Selama daur hidupnya, ada saat-saat genting bagi manusia, saat ketika manusia mudah jatuh sakit atau tertimpa bencana, misalnya masa kanak-kanak, atau saat ia beralih dari usia muda ke dewasa, masa hamil, melahirkan, dan saat ia menghadapi sakaratul maut. Pada saat-saat seperti itu manusia perlu melakukan sesuatu untuk memperteguh imannya, yang dilakukannya dengan upacara-upacara. Perbuatan-perbuatan inilah yang merupakan pangkal dari religi dan merupakan bentuk-bentuk yang tertua.
4.      Kejadian-kejadian luar biasa yang dialami manusia di alam sekelilingnya;
-          R.R. Marret (1909) dalam bukunya The Threshold of Religion, mengungkapkan Teori Kekuatan Luar Biasa. Teori ini dimulainya dengan kecaman terhadap anggapan Tylor tentang kesadaran manusia akan adanya jiwa.
-          Menurut Marret, kesadaran seperti itu terlalu kompleks bagi pikiran manusia yang baru berada pada tingkat-tingkat awal kehidupannya di bumi ini. Menurutnya, pangkal dari segala perilaku keagamaan ditimbulkan karena adanya perasaan tidak berdaya dalam menghadapi gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang dianggap luar biasa dalam kehidupan manusia.
-          Alam tempat gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa itu berasal, yang oleh manusia dianggap sebagai tempat adanya kekuatan-kekuatan yang telah dikenalnya dalam alam sekelilingnya, disebut the supernatural. Gejala-gejala, hal-hal, dan peristiwa-peristiwa yang luar biasa itu dianggap sebagai akibat dari kekuatan supernatural (kekauatan sakti).
5.      Adanya getaran jiwa (emosi) berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa manusia sebagai warga dari masyarakatnya;
-          E Durkheim melalui Teori Elementer Mengenai Hidup Beragama menganggap bahwa alam pikiran manusia pada awal perkembangan kebudayannya belum mampu memahami konsep ‘jiwa’ dan ‘ruh’ yang bersifat abstrak itu, dan memisahkannya dari jasmani manusia. Ia juga berpendirian bahwa manusia pada saat itu juga belum mungkin menyadari paham abstraksi lain, seperti perubahan dari jiwa menjadi ruh, setelah jiwa terlepas dari tubuhnya.  
-          Teori Elementer Mengenai Hidup Beragama menyangkut beberapa pengertian dasar, yaitu :
1)      Pada awal keberadaannya di muka bumi, manusia mengembangkan religi karena adanya getaran jiwa, yaitu suatu emosi keagamaan, yang timbul dalam jiwanya karena adanya emosi terhadap keagamaannya, dan bukan karena dalam pikirannya manusia membayangkan adanya ruh tang abstrak, berupa kekuatan yang menyebabkan hidup dan gerak dalam alam semesta ini;
2)      Dalam pikirannya, emosi keagamaan itu berupa perasaan yang mencakup rasa keterikatan, bakti, cinta, dsb, terhadap masyarakatnya sendiri, yang baginya merupakan seluruh hidupnya;
3)      Emosi keagamaan tidak selalu berkobar setiap saat dalam dirinya. Apabula tidak dirangsang dan dipelihara, emosi keagamaan itu menjadi latent(melemah), sehingga perlu dikobarkan kembali antara lain melalui kontraksi masyarakat (mengumpulkan seluruh masyarakat dalam pertemuan-pertemuan raksasa);
4)      Emosi keagamaan yang muncul itu membutuhkan suaut objek tujuan. Mengenai apa yang menyebabkan bahwa sesuatu hal yang menjadi obyek dari emosi keagamaan, bukanlah terutama sifatnya yang luar biasa atau aneh atau megah; tetapi adanya tekanan berupa anggapan umum dalam masyarakat, misalnya karena salah satu peristiwa secara kebetulan pernah dialami ole orang banyak. Obyek yang menjadi tujuan emosi keagamaan dapat bersifat sacre (keramat), sebagai lawan dari sifat profan (tidak keramat), yang tidak memiliki nilai keagamaan;
5)      Suatu obyek keramat sebenarnya merupakan lambang dari suatu masyarakat. Pada suku-suku bangsa asli di Australia, obyek keramat yang menjadi obyek emosi kemasyarakatannya seringkali berwujud suatu jenis hewan atau tumbuh-tumbuhan. Para pakar menyebut prinsip yang berada di belakang obyek dari suatu kelompok dalam masyarakat dengan istilah totem.
6)      Manusia menerima suatu firman dari tuhan.
Schmidt, seorang pendeta Katolik percaya bahwa : agama berasal dari Titah Tuhan yang diturunkan pada awal keberadaan manusia di bumi. Karena itu, adanya tanda-tanda dari suatu kepercayaan pada dewa pencipta pada suku-suku bangsa yang paling rendah tingkat kebudayaannya (tertua), memperkuat anggapan mengenai adanya Titah Tuhan Asli yang disebutnya Uroffenbarung.   

UNSUR-UNSUR DASAR RELIGI
Untuk dapat mendeskripsi religi diantara ribuan kebudayaan di dunia, dalam antropologi religi dibagi dalam unsur-unsur berikut :
1.      Emosi keagamaan (getaran jiwa) yang menyebabkan bahwa manusia didorong untuk berperilaku keagamaan;
2.      Sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan manusia tentang bentuk dunia, alam, alam gaib, hidup, maut, dsb;
3.      Sistem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan sistem kepercayaan;
4.      Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi berikut sistem upacara-upacara keagamaannya;
5.      Alat-alat fisik yang digunakan dalam ritus dan upacara keagamaan.

WUJUD DARI AGAMA DAN RELIGI
1.      Fetishism. Yaitu bentuk religi yang didasarkan pada kepercayaan akan adanya jiwa dan benda-benda tertentu, dan terdiri dari berbagai kegiatan keagamaan yang dilakukan memuja-muja benda ‘berjiwa’.
2.      Animism. Yaitu bentuk religi yang didasarkan pada kepercayaan bahwa alam sekeliling tempat tinggal manusia dihuni oleh berbagai macam ruh, dan terdiri dari berbagai kegiatan keagamaan guna memuja ruh-ruh tersebut.
3.      Animatism. Yang tidak merupakan suatu bentuk religi, melainkan suatu sistem keprcayaan bahwa benda-benda serta tumbuh-tumbuhan memiliki jiwa dan dapat berfikir seperti manusia. Kepercayaan itu tidak menyebabkan adanya berbagai kegiatan keagamaan dengan maksud memuja benda-benda dan tumbuh-tumbuhan tadi, walaupun dapat menjadi unsur dalam suatu religi.
4.      Prae-animsim (kadang disebut juga dynamism). Yaitu bentuk religi berdasarkan kepercayaan pada kekuatan sakti yang ada dalam segala hal yang luar biasa, terdiri dari kegiatan-kegiatan keagamaan yang berpedoman pada kepercayaan tersebut.
5.      Totemism. Yaitu bentuk religi dari masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok kekerabatan unilineal. Bentuk religi ini didasarkan pada kepercayaan bahwa kelompok-kelompok unilineal ini masing-masing berasal dari para dewa dan leluhur yang masih terikat tali kekerabatan, dan terdiri dari kegiatan-kegiatan keagamaan untuk memuja mereka serta untuk mempererat kesatuan dalam kelompok unilineal masing-masing, yang masing-masing juga memiliki lambangnya (totem) sendiri berupa suatu jenis hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala alam, atau benda yang melambangkan dewa-leluhur kelompoknya.
6.      Polytheism. Yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan akan adanya suatu hierarki dewa-dewa, dan terdiri dari upcara-upacara untuk memuja para dewa tadi.
7.      Monotheism. Yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan pada satu dewa, yaitu Tuhan, dan kegiatan-kegiatan upacaranya bertujuan untuk memuja Tuhan tersebut.

8.      Mystic. Yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan kepada satu Tuhan yang dianggap menguasai seluruh alam semesta, dan terdiri dari upacara-upacara yang bertujuan mencapai kesatuan dengan Tuhan tersebut. Dalam banyak agama, manusia berupaya untuk dapat mendekatkan diri pada Tuhan (pantheism). Tetapi ada konsep bahwa manusia menjadi satu dengan Tuhan, berdasarkan nalar bahwa segala hal di dunia (termasuk manusia dengan lingkungannya) adalah bagian dari Tuhan (monosm). 

Sistem Religi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Pendidikan Bareng

0 komentar:

Posting Komentar